SUBHANALLA H...!!! SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH.... Baca kisahnya, berikut ini...!!!



Tepat hari ini 17 Agustus 2016 yaitu Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada hari yang begitu khusus ini, ada satu hal sebagai peristiwa “suci” bangsa Indonesia khususnya di waktu detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pengibaran bendera pusaka Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.

Sang Saka Merah Putih sebagai bendera pusaka nyatanya mempunyai catatan sejarah yang cukup heroik hingga harus diselamatkan dari penjajahan Belanda saat itu. Seandainya tidak, mungkin saja anak cucu keturunan bangsa Indonesia saat ini tidak bisa lihat bendera pusaka sebagai satu diantara bukti histori kemerdekaan Indonesia. Tahukah anda kalau sang penyelamat bendera pusaka dari tangan penjajah waktu itu yaitu seseorang habib, yang memiliki darah pertalian keturunan dengan Sayyidina Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam?

Sayyidil Habib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar, beliau lah sang penyelamat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih dari tangan penjajah. Tanpa ada layanan beliau, bangsa Indonesia saat ini mungkin saja sudah tidak bisa lihat lagi bendera pusaka yang dijahit oleh istri Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati. Waktu itu, Presiden Soekarno memberikan tugas Habib Muhammad Husein Muthahar yang berpangkat Mayor untuk melindungi serta menyelamatkan bendera pusaka dari tangan penjajahan Belanda walau harus dengan mengorbankan nyawanya. Amanah “menjaga bendera pusaka dengan nyawa” ini juga sukses dikerjakan sang Habib dgn penuh perjuangan.

KH Achmad Chalwani Nawawi, pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Gebang, Purworejo yang juga Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah menuturkanbahwa Habib Muhammad Husein Muthahar yang disebut penyelamat bendera pusaka ini yaitu paman dari Habib Umar Muthohar Semarang.

Ingin tahu cerita sang Habib dalam menyelamatkan bendera pusaka? Tersebut disini cerita sedetailnya mengenai penyelamatan bendera pusaka oleh Habib Muhammad Husein Muthahar ini yang harus di ketahui oleh bangsa Indonesia khsusunya umat Islam supaya tahu bagaimana perjuangan beberapa pendahulu bangsa ini dalam menjaga kemerdekan Republik Indonesia.

Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yaitu sebutan untuk bendera Indonesia yang pertama. Bendera Pusaka di buat dan dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Bendera pusaka untuk pertama kalinya berkibar pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, di JalanPegangsaan Timur 56 Jakarta, sesudah Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bendera dinaikkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang di pimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat. Sesudah dinaikkan, lagu “Indonesia Raya” lalu dinyanyikan dengan cara bersama-sama.

Pada tahun pertama Revolusi Nasional Indonesia, Bendera Pusaka dikibarkan siang dan malam. Pada 4 Januari 1946, lantaran tindakan teror yang dikerjakan Belanda makinmeningkat, presiden dan wakil presiden Republik Indonesia dengan memakai kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta. Bendera pusaka dibawa ke Yogyakarta serta dimasukkan dalam koper pribadi Soekarno. Setelah itu, ibukota dipindahkan ke Yogyakarta.

Tanggal 19 Desember 1948, Belanda memperlancar agresinya yg ke-2 yang bikin Presiden, wakil presiden serta sebagian petinggi tinggi Indonesia pada akhirnya ditawan Belanda. Di bebrapa waktu genting di mana Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Presiden Soe¬karno pernah memanggil satu diantara ajudannya berpangkat Mayor yang bernama Sayyidil Habib Muhammad Husein Muthahar, yang lalu ditugaskan untuk menyelamatkan sang bendera pusaka. Penyelamatan bendera pusaka ini adalah satu diantara sisi “heroik” dari sejarah tetaplah berkibarnya Sang Merah putih di persada bumi Indonesia. Waktu itu, Soe¬karno berucap padaHabib Husein Muthahar :

“Apa yang berlangsung pada diriku, saya sendiri tidak tahu. Dengan adanya ini saya memberi pekerjaan padamu pribadi. Dalam keadaan apa pun juga, saya memerintahkan kepadamuutk melindungi bendera kita dengan nyawamu. Ini tak bisa jatuh ke tangan musuh. Di satu saat, kalau Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri serta tak pada siapa juga terkecuali pada orang yg menggantikanku seumpamanya umurku pendek. Apabila engkau gugur dalam menyelamatkan bendera ini, percayakanlah tugasmu pada orang lain serta dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sama dengan engkau mengerjakannya. ”

Di saat bom-bom berjatuhan & tentara Belanda selalu mengalir melalui setiap jalanan kota, Habib Husein Muthahar terdiam & memejamkan matanya, memikirkan & berdoa. Amanah “menjaga bendera pusaka dengan nyawa” dirasakannya sebagai tanggungjawabnya yg sungguh berat. Sesudah memikirkan, Habib Husein Muthahar juga temukan jalan keluar pemecahan masalahnya. Sang Habib ini membagi bendera pusaka jadi 2 bagian dengan mencabut benang jahitan yang menjadikan satu ke-2 sisi merah danputih bendera itu. Dengan pertolongan Ibu Perna Dinata, ke-2 carik kain merah serta putih itu sukses dipisahkan. Oleh Habib Husein Muthahar, kain merah serta putih itu laludiselipkan di basic dua tas terpisah kepunyaannya. Semua baju dan kelengkapan kepunyaannya dijejalkan diatas kain merah serta putih itu. Sang Habib cuma dapat pasrah, danmenunggu apa yg akan berlangsung setelah itu. Yang ada pada pemikiran Habib Husein Muthahar waktu itu hanya satu, yaitu bagaimana agar pihak Belanda takmengenali bendera merah-putih itu sebagai bendera, namun ha¬nya kain umum, hingga tidak lakukan penyitaan. Di mata semua bangsa Indonesia, bendera itu adalahsebuah “prasasti” yg harus diselamatkan dan tidak bisa hilang dari jejak sejarah.

Benar, tak lama kemudian Presiden Soekarno di tangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Prapat (kota kecil di tepi danau Toba) sebelumnya dipindahkan ke Muntok, Bangka, sedang wakil presi¬den Mohammad Hatta segera dibawa ke Bangka. Habib Husein Muthahar dan sebagian staf kepresidenan juga pada akhirnya tertangkap &diangkut dengan pesawat Dakota. Mereka dibawa ke Semarang serta ditahan disana. Pada sewaktu jadi tahanan kota, Habib Husein Muthahar sukses melarikan diridengan naik kapal laut menuju Jakarta.

Di Jakarta Habib Husein Mutahar bermalam dirumah Perdana Menteri Sutan Syahrir, yang terlebih dulu tidak turut mengungsi ke Yogyakarta. Sekian hari kemudian, Habib Husein Muthahar indekost di Jalan Pegangsaan Timur 43, dirumah Bpk R. Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kepala Kepolisian Republik Indonesia yg pertama). Sepanjang di Jakarta Habib Husein Muthahar selalu mencari berita dan langkah, bagaimana dapat selekasnya menyerahkan bendera pusa¬ka pada presiden Soekarno. Disuatu pagi kira kira pertengahan bulan Juni 1948, pada akhirnya ia terima pemberitahuan dari Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (saat ini Jalan Diponegoro) Jakarta. Pemberitahuan itu mengatakan kalau ada surat dari Presiden Soekarno yang diperuntukkan padanya.

Sore harinya, surat itu di ambil oleh Habib Husein Muthahar serta nyatanya memanglah benar datang dari Soekarno pribadi. Berisi satu perintah agar ia segeramenyerahkan kembali bendera pusaka yang dibawanya dari Yogya pada Sudjono, supaya bisa diba-wa ke Bangka. Soekarno berniat tidak memerintahkan Habib Husein Muthahar sendiri datang ke Bang¬ka & menyerahkan bendera pusaka itu segera padanya. Dengan cara yang taktis, ia memakai Soedjono sebagai penghubung utkmenjaga kerahasiaan perjalanan bendera pusaka dari Jakarta ke Bangka. Itu tidak lain karena dalam pengasingan, Soekarno cuma bisa dikunjungi oleh anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda dibawah pengawasan UNCI (United Na-tions Committee for Indonesia). Dan Sudjono yaitu satu diantara anggota delegasi itu, sedang Habib Husein Muthahar bukanlah.

Sesudah tahu tanggal keberangkatan Soedjono ke Bangka, Habib Husein Muthahar berusaha menjadikan satu kembali kedua helai kain merah dan putih denganmeminjam mesin jahit tangan punya seseorang istri dokter yang ia sendiri lupa namanya. Bendera pusaka yang semula terpisah dijahitnya persis ikuti lubang bekasjahitan tangan Ibu Fatmawati. Namun sayang, walau dikerjakan dengan hati-hati, tidak urung berlangsung juga kekeliruan jahit sekitaran 2 cm dari ujungnya. Dengan dibungkus kertas koran supaya tidak mencurigakan, setelah itu bendera pusaka diberikan Habib Husein Muthahar pada Soedjono untuk diserahkan sendiri pada Presiden Soekarno. Hal semacam ini sesuai sama kesepakatan Soekarno dengan Habib Husein Muthahar pada saat di Yogyakarta. Dengan diserahkannya bendera pusaka pada orang yangdiperintahkan Soekarno jadi selesailah pekerjaan penyelamatan yang dikerjakan Habib Husein Muthahar. Sejak itu, Sang Habib tidak lagi mengatasi permasalahan pengibaran bendera pusaka.

Tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno serta Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali pada Yogyakarta dari Bangka dengan membawa dan bendera pusaka. Tanggal 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan lagi di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Pada 27 Desember 1949, naskah pernyataan kedaulatan lndo¬nesia di tandatangani dan satu hari kemudian Soekarno kembali pada Jakarta untuk memangku jabatan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Sesudah empat th. ditinggalkan, Jakarta juga kembali jadi ibukota Republik Indonesia. Hari itu juga, bendera pusaka dibawa kembali pada Jakarta. Serta untuk pertama kalinya sesudah Prok¬lamasi Kemerdekaan Indonesia, bendera pusaka Sang Saka Merah Putih kembali berkibar di Jakarta pada peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1950. Karena kerapuhan bendera pusaka, mulai sejak th. 1968, bendera yang dinaikkan di Istana Negara yaitu tiruan yang terbuat dari sutra.

Pada th. 1968, Habib Muhammad Husein Muthahar membuat organisasi mahasiswa Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, atau Paskibraka (Bendera Pusaka Flag Hoisting Troop). Paskibraka berikut yang nanti akan senantiasa bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka pada setiap upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia sampaisekarang. Terkecuali membuat Paskibraka, beliau juga membuat tata langkah pengibaran bendera pusaka. Atas jasanya ini, beliau memperoleh julukan Ayah Paskibraka Indonesia.

Habib Muhammad Husein Muthahar bukan sekedar di kenal sebagai penyelamat bendera pusaka serta pendiri Paskibraka saja namun beliau juga seseorang komponis lagu Indonesia yang hebat. Habib yang di kenal dengan nama H. Mutahar ini sudah membuahkan beberapa ratus lagu Indonesia, seperti lagu nasional Hari Merdeka, Hymne Sukur, Hymne Pramuka, Dirgayahu Indonesiaku, juga lagu anak-anak seperti Senang, Tepuk Tangan Silang-silang, Mari Tepuk, dan sebagainya.

Lagu Hari Merdeka dan Hymne Sukur yaitu satu diantara lagu fenomenal yang di ciptakan oleh Habib Muhammad Husein Muthahar. Berkaitan penciptaan lagu Hari Merdeka, ada satu narasi yang menarik. Nyatanya ide lagu Hari Merdeka ini nampak dengan cara mendadak waktu beliau tengah ada di toilet satu diantara hotel di Yogyakarta. Untuk seseorang komponis, tiap-tiap ide tak bisa dilewatkan melalui demikian saja. Beliau juga cepat-cepat memohon pertolongan Pak Hoegeng Imam Santoso (Kapolri pada 1968 –1971). Waktu itu Pak Hoegeng belum jadi Kapolri. Sang Habib menyuruh Pak Hoegeng untuk mengambilkan kertas serta bolpoin. Karena pertolongan Pak Hoegeng, pada akhirnya jadilah satu lagu yang lalu di beri judul “Hari Merdeka”. Satu lagu yang begitu fenomenal serta begitu populer yang banyak dinyanyikan oleh bangsa Indonesia, bahkan juga anak-anak juga begitu hafal dan pintar menyanyikannya.

Tersebut lirik lagu Hari Merdeka ciptaan Habib Muhammad Husein Muthahar :

Hari Merdeka

Tujuh belas agustus tahun empat lima
Tersebut hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetaplah merdeka
Sepanjang hayat masihlah di kandung tubuh
Kita tetaplah setia tetaplah sedia
Menjaga Indonesia
Kita tetaplah setia tetaplah sedia
Membela negara kita

Selain “Hari Merdeka”, lagu tersebut juga jadi karya fenomenal beliau. Judulnya “Syukur”. Lagu ini terwujud sesudah melihat banyak warga Semarang, kota kelahirannya, dapat bertahan hidup dengan cuma memakan bekicot. Tersebut lirik lagunya :

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Sukur saya sembahkan
Kehadiratmu Tuhan

Serta ada banyak lagi karya fenomenal beliau yang lain.

Habib Muhammad Husein Muthahar meninggal dunia di Jakarta pada umur nyaris 88 tahun, pada 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Harusnya beliau memiliki hak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara kenegaraan seperti penghargaan yang umum diberikan pada beberapa pahlawan. Namun, beliau tak inginkan itu. Sesuai sama wasiat beliau, pada 9 Juni 2004 beliau dimakamkan sebagai rakyat umum di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan dengan tata langkah Islam.

Allahu yarhamhu, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat (kasih sayang) pada beliau, Sayyidil Habib Muhammad Husein Muthahar. Mudah-mudahan layanan serta perjuangan beliau untuk Tanah Air Indonesia dibalas dengan surga dan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala. Mudah-mudahan juga beliau terdaftar sebagai pejuang yang syahid. Amin Ya Robbal ‘Alamin, Alfatihah….

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-71, JAYALAH NEGERIKU JAYALAH BANGSAKU
17 AGUSTUS 1945 – 17 AGUSTUS 2016



sumber : http://www.rumah-islam.com/2016/08/subhanalloh-sang-penyelamat-bendera_43.html
SUBHANALLA H...!!! SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH.... Baca kisahnya, berikut ini...!!! SUBHANALLA H...!!! SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH.... Baca kisahnya, berikut ini...!!! Reviewed by Unknown on 02.03 Rating: 5